Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 18 April 2010

XII IPA Jayus

Hai sobat nozo! Sudah satu abad rasanya kita tak saling jumpa. Pada Citengam edisi kali ini, kita akan membicarakan salah satu grup band favorit di angkatan kita, apa lagi kalau bukan XII IPA Jayus®. XII IPA Jayus® (DIJE) adalah grup band lawak (niatnya sih gitu…) yang beranggotakan Ammar (vokalis), Arip (vokalis), Gemmae (drummer), Deo (bassis), dan Marko (gitaris). Berdirinya band ini berawal dari inisiatif mereka berlima, yang notabene merupakan anggota ras Jayusoid, yang ingin mendirikan suatu badan usaha untuk menampung ide-ide jayus mereka (ntar… kayaknya ada yang kurang deh… kok cuma berlima?). Mereka pun mengadakan muktamar untuk menentukan badan usaha apa yang layak dibentuk. Setelah satu abad mereka bermusyawarah (ditandai dengan terbitnya Citengam edisi berikutnya), akhirnya keluarlah keputusan untuk membentuk grup band yang sekarang kita kenal dengan nama DIJE (oiya… baru inget… anggota yang satu lagi namanya Fibro, sebagai backing gitar).

DIJE dibentuk pada malam Sabtu Kliwon, 13 Desember 2009. Band ini sangat menjunjung tinggi asas kekeluargaan dan mempunyai tujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Setiap anggota band diwajibkan membayar simpanan pokok pada awal keanggotaannya dan membayar simpanan wajib tiap bulannya. Para anggota juga diperbolehkan membayar simpanan dukarela yang sifatnya tidak wajib (lebih tepatnya makruh). Pada akhir tahun, mereka mengadakan RAT (Ribut Anggota Tahunan) untuk membagikan SHU (Sisa Hutang Usaha). Cape deh…

“DIJE itu band yang asyik. Gue bisa ngejayus ria bareng temen-temen seband, selain waktu manggung tentunya. Kadang kami juga diundang buat ngisi acara ulang tahun anak-anak. Terakhir kami manggung, waktu buat ngisi acara ulang tahun adeknya Mahesa yang baru berumur tujuh bulan. Setelah itu, kami berhasil menambah SHU gara-gara kami ngrusakin amplifier. Maklum lah, kami kan orang kampung, jadinya nggak bisa make amplifier.” ungkap Deo dengan wajah memelas.

Singkat kata, band ini sudah mulai dikenal di seluruh penjuru Nusantara, khususnya di MAN Insan Cendekia, melalui album pertamanya yang berjudul “Resah Denganmu”. Album ini mengundang banyak kontroversi dari semua kalangan, khususnya para seniman musik Indonesia. Anji Supir dan Titi Nakal menyatakan bahwa perilisan album “Resah Denganmu” ini secara tidak langsung telah mencoreng dunia musik Indonesia. Bagaimana tidak, album yang dijual dengan harga Rp 15.999,00 (belum termasuk ppn) ini hanya berisi satu lagu, mana lagunya jelek pula. Meskipun begitu, para personil DIJE tetap tabah menghadapi semua ini. “Maklum lah, orang kampung. Kami bisa apa melawan mereka?” ujar Marko.

Saat ditanya mengenai kelangsungan hidup band ini, Fibro langsung menimpali bahwa band ini akan terus eksis minimal satu sampai dua abad ke depan (hari rilisnya Citengam edisi ke-4). Rencananya, band ini akan tampil pada acara Android Juni mendatang. “Ini adalah bukti bahwa kita masih tetap eksis.” kata Arip. Yup, kita doakan saja agar band ini tetap eksis di kancah musik Indonesia. Hidup musik Indonesia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar